Pada hari ke-2 Nafeeza tiba-tiba
saja mencetuskan ide untuk membuat playdough. Ia tertarik untuk segera
mempraktekkan percobaan yang ada di buku. Saat itu Nafeeza sedang membaca buku
percobaan sederhana, dan hampir semua percobaan membutuhkan lilin mainan
sebagai bahan tambahannya. Daripada harus membeli, saya menyarankannya
untuk membuat sendiri. Sebelumnya kami pernah mempraktekkan membuat playdough
dan berhasil, oleh karena itu, saya mempunyai sedikit bayangan mengenai bahan
yang dibutuhkan untuk membuat playdough dan bagaimana cara membuatnya.
Setelah mengingat kembali segala bahan
yang diperlukan dengan melihat di Youtube, kami pun mulai menyiapkan bahan.
Nafeeza yang mengambil bahannya, sementara saya sambil mengasuh adiknya,
bertugas untuk menyebutkan bahannya satu per satu. Bahan yang diperlukan
untuk membuat playdough adalah tepung terigu, garam, minyak kelapa, pewarna
makanan, baskom kecil, dan tempat kedap udara untuk menyimpan playdough supaya
bisa bertahan lama.
Perlahan, setelah semua bahan
terkumpul saya meminta Nafeeza untuk membuat playdough. Pertama campurkan
tepung terigu dengan garam, perbandingannya, satu banding tiga. Kemudian tambahkan
air sedikit-demi sedikit ( untuk tepung 200 gram dibutuhkan air 50mL) lalu
masukkan minyak sayur kurang lebih dua sendok makan, dan terakhir tambahkan
pewarna makanan sesuai warna yang diinginkan. Apabila dirasa adonan masih
terlalu lengket, maka dapat ditambahkan garam atau terigu, hingga adonan bisa
dibentuk.
Setelah adonan playdough jadi,
Nafeeza memainkannya dan bermain sesuai imajinasinya. Ia membuat kue dari
playdough, bercerita dengan kue buatannya, dan membentuk sesuka hatinya. Menurut
pengamatan saya, kali ini gaya belajar
Nafeeza gabungan antara visual dan kinestetik. Ia terlihat ingin mencoba
hal baru, dan lebih ingat materi pelajaran jika Ia mempraktekkannya. Walaupun rumah
sedikit berantakan sesudah Nafeeza belajar membuat playdough, namun saya lebih
senang jika ia mau praktek dan berusaha membuat mainan sendiri.
Pada hari ke-2 Zafran belajar
mendengarkan suara. Berhubung saya harus membuatkan sarapan dan makan siang,
biasanya jika tidak ada yang mengasuh Zafran, saya akan membawanya kedapur. Turut
serta melihat saya beraktivitas di dapur.
Terkadang, karena bosan menunggu,
lama kelamaan ia akan bosan dan menangis. Saat itu, saya berusaha
menenangkannya dengan memberikannya mainan, berupa alat-alat yang ada didapur,
dan membunyikannya. Biasanya saya memberikan sutil dan kaleng.
Saya akan mncontohkan beberapa gerakan
untuk memukul, sehingga menghasilkan bunyi. Kemudian setelah itu, ia akan
tertarik untuk mencoba, dan membunyikan kaleng dengan memukulkan spatula diatasnya.
Berdasarkan pengamatan saya, gaya
belajar seperti ini disebut gaya belajar kinestetik dan auditory. Ia sedang
belajar membedakan bunyi-bunyian dan mencoba mempraktekkan bagaimana cara yang
bisa dilakukan untuk menghasilkan bunyi. Sehingga, esok hari, ia akan mampu
membedakan bunyi apa yang dihasilkan dari benda yang dipukulkan.
Demikian
pengamatan gaya belajar dihari ke-2, semoga apapun gaya belajarnya, anak-anak
menikmatinya, dan menjadikan mereka pribadi yang sukses.
#tantangan10hari
#tantanganharike-2
#gayabelajaranak
#kuliahbunda
sayang
#
IIP
0 comments:
Post a Comment