Bahasan tentang Ibu bekerja dan ibu
yang tinggal dirumah selalu saja menjadi bahasan yang tak pernah berujung. Topik
menarik yang tak pernah ada habisnya. Tidak ada nilai mutlak mana yang benar
dan mana yang salah, semua bergantung pada penilaian dan alasan masing-masing
ada di posisi tersebut. Setiap orang mempunyai pilihan dalam hidup. Ia yang
paling memahami mana yang terbaik untuknya.Tentunya tak lepas dari dasar yang
menjadi alasan kuat atas keputusan besar yang telah diambilnya.
Berikut seklumit cerita Mama Nafeeza
dan Zafran ketika sedang bercanda membahas “Mama yang bekerja”.
“Mama
boleh kerja ka?”
Pertanyaan
iseng yang sengaja kulontarkan pada anak sulungku yang sudah beranjak besar.
Kini ia bukan hanya berperan sebagai anaknya Mama, tetapi sudah pandai
menyampaikan pendapat.
“Nanti yang jagain Aku sama Dede siapa?”
“Nanti yang jagain Aku sama Dede siapa?”
“Aku main, makan, cerita sama siapa?”
Hmmm… baru dua kalimat saja, hatiku sudah
sedih. Tak mampu menahan pusaran air mata haru yang tiba-tiba saja ingin
menetes diujung mata.
Dia sudah pandai berpendapat rupanya. Tak hanya kalimat
persetujuan, meyakinkan, bahkan menolak ajakan pun sudah sering aku dengar di
usianya sekarang ini. Ya… 5 tahun 10 bulan waktu yang cukup lama untuk
membangun kedekatan kami bersama.
Sejak kecil, aku tak pernah meninggalkan atau
menitipkannya berhari-hari pada orang lain kecuali saat aku sedang melahirkan.
Ada ikatan batin yang kuat saat kami sedang menjalani aktivitas bersama.
Apalagi jika aktivitas tersebut menyenangkan bagi kami berdua, rasanya anak 5
tahun ini sudah menjadi patner yang seusia denganku.
Maka dapat dibayangkan jika tiba-tiba aku harus bekerja
dan meninggalkan mereka. Sebagian besar waktu yang kumiliki akan kuhabiskan
diluaran sana, berjibaku dipagi hari dengan macet dan padatnya kendaraan
berlalu lintas, tentunya mereka akan protes. Protes mencari haknya untuk
ditemani Mama dalam tumbuh kembangnya. Mereka terbiasa dipeluk, dibacakan
cerita, dibuatkan cemilan oleh Mama yang satu ini. Walau sebenarnya dirumah pun
tentu memiliki segudang aktivitas. Mama yang tetap terlihat dalam pandangan
mereka, adalah Mama yang sosoknya selalu dinanti dan ditunggu.
Ibu bekerja atau stay
dirumah merupakan pilihan hidup masing-masing. Semuanya baik, tak ada yang bisa
disalahkan.
Setiap
orang memiliki posisi yang berbeda, terkadang kita merasa kitalah yang paling
benar, lebih baik begini… atau lebih baik begitu, namun kita tak paham posisi
orang lain.
Keputusan besar bagi working mom yang ingin
beralih menjadi Full time Mom ataupun sebaliknya, ada ditangan masing-masing.
Tentunya semua memiliki pertimbangan baik-buruknya.
Ada satu hal yang menjadi pengingat dalam diri
saya, mengapa saya tetap memilih sebagai Full time Mom, ”Apa alasan saya
memilih itu?”
Kalau kata
Bu Septi founder Institut Ibu Profesional dalam kuliah umumnya “ inside dulu
baru outside”. Hal ini yang menjadi reminder dalam pola pikir saya, ketika
sedang berbenturan dengan sekelebat pendapat yang terkadang menggoda hasrat
untuk keluar dari rutinitas.
Jika anda sudah memiliki alasan tepat mengapa anda memilihnya, maka
halang rintang sebesar apapunakan anda hadapi.
jadi, memilih dirumah, atau bekerja masing-masing pribadilah yang akan menemukan alasan tepat mengapa saya memilihnya.
jadi, memilih dirumah, atau bekerja masing-masing pribadilah yang akan menemukan alasan tepat mengapa saya memilihnya.
Insya Allah, setelah menemukan alasan itu, jalan lain
akan lebih mudah dilalui. Persoalan klise yang kerap dihadapi akan menemukan
jalan keluarnya satu per satu.
Kini, Ibu bekerja tetap bisa mengurus rumah
tangga dengan baik jika tau ilmunya, begitu pula sebaliknya, ibu yang stay dirumah tetap bisa berkarier dan have fun jika tau ilmunya.
Nafeeza
dan Zafran memang sangat membutuhkan Mamanya sekarang, Mama yang bisa
mendampingi mereka dalam masa emasnya tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, saya
memutuskan untuk tetap menikmati peran menjadi Ibu rumah tangga, membersamai
mereka dalam setiap pencapaiannya.
Bagaimana dengan Mama ? Pernah galau menentukan bekerja
atau menjadi Ibu rumah tangga?
0 comments:
Post a Comment