Ulang tahun kali ini memang berbeda,
usianya yang sudah menginjak 6 tahun perlahan mengenal arti uang sebagai alat
untuk jual beli. 20 september lalu, usia anak sulungku bertambah. Masa yang
berbeda kali ini, karena kami tidak merayakan atau menghadiahinya kue ulang
tahun. Sejak jauh hari, aku selalu memberitahukan padanya bahwa usia bertambah
adalah masa untuk mensyukuri nikmat dan anugerah perpanjangan usia yang telah
diberikan oleh Allah. Kue ulang tahun, kado, dan kemeriahan acara pesta lainnya
bukanlah suatu kewajiban yang harus ada dalam setiap acara ulang tahun.
Awalnya Ia
sedih, bertanya terus mengapa aku tak diberi kado, kapan kita beli kado, dan
pertanyaan lain seputar kado yang terus terngiang ditelinga setiap kami pergi
keluar. Namun, perlahan ia paham, kado adalah hadiah dari orang tuanya sebagai
pertanda usianya bertambah. Ia mulai sabar menanti, tidak lagi menanyakan
dimana dan kapan kado itu akan diberikan.
Semakin bertambah
usianya, kami berharap ia semakin paham arti kebutuhan dan keinginannya. Walaupun
jiwa kanak-kanaknya masih terlihat, saya masih memakluminya. Ia ditawari kado
yang sesuai dengan kebutuhannya. Saat papanya bertanya,”Feeza ingin kado apa ?”, Ia masih bingung menjawab. Sempat ia melirik saya dan berharap mendapatkan
jawaban. Padahal saat itu kami berharap ia memberitahukan kebutuhannya. “Mama,
Aku bingung, pertanyaannya terlalu susah.” Mungkin saat ini, tidak ada kebutuhan
mendesak menurutnya. Akhirnya aku mulai menjelaskan perbedaan keinginan dan
kebutuhannya yang bisa dijadikan kado untuknya. Setelah diskusi panjang, kami
pun berkesimpulan akan memberikannya sepatu roda. Tujuannya agar ia mau
berolahraga fisik, dan badannya tidak lemas lagi. Feeza setuju dengan ide kami dan
kami pun mulai mencari sepatu roda yang diinginkannya.
Setelah bertanya
pada teman-teman yang terlebih dahulu telah memberikan anaknya sepatu roda,
kami mengajak Feeza ke Toko tersebut. Ditengah pencarian, syukur Alhamdulillah ada
yang menawarkan pinjaman sepatu roda anaknya untuk Feeza. Ia bersedia
memberikan pinjaman untuk Feeza karena sepatu roda milik anaknya tidak terpakai.
Feeza akhirnya mau mendengarkan penjelasan kami tentang tawaran peminjaman
sepatu roda. Ia mau mencobanya terlebih dahulu, tidak terburu-buru ingin membeli yang baru. kami memberinya kebebasan untuk memilih setelah ia mencoba sepatu roda temannya. Apakah akan tetapmeilih sepatu roda sebagai kadonya, ataukah menggantinya dengan yang lain.
Emosi Feeza
masih labil saat melihat ada mainan lain yang menggodanya untuk dibeli. Terkadang,
Ia masih ingin beberapa mainan, misalnya saja slime yang sebenarnya bukanlah kebutuhannya. Beberapa kali ia
meminta ijin pda kami untuk membelinya. Kami harus berusaha menyadarkannya kembali mengenai konsep kebutuhan dan keinginan. Slime hanyalah mainan yang dimainkan sesaat. Pada
akhirnya biasanya akan dibuang.
Nafeeza mulai
mengerti perlahan, kini setelah usianya 6 tahun, membelanjakan uang haruslah
hati-hati. Tidak lagi asal membeli, namun harus sesuai dengan kebutuhannya. semoga kami bisa membelanjakan uang dengan sebaikmungkin, dan hal ini menjadi pelajaran berharga untuk Feeza dimasa yang akan datang.
#Tantanganlevel8
#KuliahBundasayangIIP
#Tantangan10hari
#Rejekiitupastikemuliaanharusdicari
#CerdasFinansial
#day2
0 comments:
Post a Comment