Hari ini saya bertemu dengan psikolog yang akan memberitahukan perihal kematangan dan kesiapan anak sulung saya untuk masuk SD.
Sebetulnya agak deg-degan juga apa yang harus dibicarakan dan ditanyakan. Namun ternyata pembicaraan mengalir begitu saja, sampai akhirnya waktu 1 jam tak terasa habis dan giliran ibu-ibu lainnya untuk berkonsultasi.
Pembicaraan dengan Ibu Wiwied tadi menginspirasi saya untuk membuat dongeng spontan yang diminta oleh Nafeeza sebagai pengantar tidur.
Sebetulnya ketika mendongeng spontan, hal pertama yang saya ingat adalah pesan apa yang ingin saya sampaikan. Misalnya : kita harus mencatat semua kebutuhan dan hal penting agar tidak mudah lupa. Nah, setelah itu mulailah saya bermain dengan imajinasi spontan.
Pertama, saya mulai mengarang tokoh yang terlibat. Biasanya saya menggunakan sudut pandang orang ketiga. Nafeeza suka mendengar cerita dalam bentuk fabel. Cerita dimana tokohnya adalah binatang yang bertingkah laku seperti manusia.
Kedua, saya membayangkan settingnya. Tempat cerita itu terjadi, dan juga kapan kejadian cerita itu terjadi. Hal ini berlangsung sambil bercerita. Mulut berbicara, sementara otak terus berimajinasi sambil membayangkan kita berada di dalamnya.
Ketiga, saya mengatur alurnya. Apakah alurnya berupa alur maju, mundur, atau gabungan dari keduanya. Nafeeza sudah bisa menyimak cerita dengan baik, namun kadang sedikit melamun dan kurang memperhatikan yang saya bicarakan, jadi ketika bercerita, saya suka bertanya di tengah-tengah siapa nama tokohnya. Apa yang dia kerjakan ? Hanya sebagai pengingat dan alarm kalau ia harus benar-benar menyimak apa yang saya bicarakan.
Keempat, saya bayangkan hasil akhirnya. Apakah akan berakhir bahagia, sedih, atau menggantung. Biasanya anak seusia Nafeeza lebih suka kisah yang berakhir bahagia.
Alhamdulillah, sambil bercerita, ia terlihat senang mendengarkan dan bisa mengambil hikmahnya.
Kali ini saya bercerita tentang Nom-nom seekor kura-kura yang pelupa. Ia sering ketinggalan tugas dan jarang mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya. Namun, suatu hari sifatnya yang pelupa itu memberinya pelajaran.
Ia terlambat sampai ke sekolah, dan tidak dapat mengerjakan soal ujian. Hingga akhirnya bu guru Cika memberinya catatan dan pulpen khusus, agar ia mau mencatat semua pelajaran dan PR yang diberikan oleh guru di sekolah.
Nom-nom pun berjanji untuk menulis dan memperhatikan gurunya. Ia tidak mau mengobrol dan bersenda gurau saat pelajaran dimulai. Kini ia menjadi anak yang rajin dan pandai.
Semoga fabel yang saya sampaikan pada Nafeeza bisa diambil hikmahnya dan ia mengerti apa yang saya sampaikan. Aamiin...
#Tantangan10hari
#KuliahBunsayIIP
#day2
#GrabYourImagination
Friday, December 8, 2017
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment