Thursday, April 4, 2019
Ajak Anak Belajar Bicara
Salah satu pr kita sebagai orang tua adalah mengajarkan pada anak cara berkomunikasi yang benar. Anak harus bisa mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya dengan baik, tanpa marah-marah.
Seolah gampang ya? Anak sudah bisa bicara dengan jelas, ya tinggal suruh ngomong aja! Usianya kan bukan balita lagi.
Hmm... andai saja bisa seperti itu.
Nyatanya tidak. Walaupun sudah besar, namun tetap perlu dibekali dengan ilmu.
Mereka harus tau bagaimana cara berbicara dengan orang yang seumur, lebih muda, dan lebih tua, dalam mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya.
Ada adab yang harus mereka ketahui, agar berkomunikasi sopan dan santun.
Sebenarnya untuk apa belajar bicara?
Anak perlu belajar mengungkapkan apa yang ia inginkan. Bahasa adalah alat penyambung yang dapat memberitahukan apa yang ada dalam pikiran kepada orang lain.
Jika anak sudah mampu bicara mengungkapkan pikiran dan pendapatnya, maka tak kan ada lagi unek-unek yang tersimpan. Membuat mereka jera untuk tidak berkata jujur pada orang tuanya.
Kedekatan anak dan orang tua semakin terjalin saat komunikasi berjalan dengan baik. Anak menganggap orangtua adalah sahabat yang terbaik untuk bicara. Sehingga jika terjadi apa-apa di luar sana, anak bisa mengatakan tanpa takut.
Kami sedang belajar menerapkan hal ini pada Kaka. Kami ingin ia bisa bicara mengeluarkan isi hatinya, saat ada keadaan yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Selama ini ia sering menangis jika diajak bercanda oleh kami atau temannya. Mungkin perasaannya yang sensitif dan bingung belum bisa bersikap apapun, refleks membuat ia langsung menangis.
Sebetulnya hal ini sudah sering diingatkan oleh kami. Menangis setiap ada masalah bukanlah hal yang baik. Untuk itulah kami melatihnya untuk mau berbicara jika ada hal yang membuat hatinya tidak enak. Karena jika dipendam, tidak baik untuknya.
Ada beberapa cara yang kami lakukan untuk mengajak anak berbicara diantaranya :
- Jika anak menangis, peluk ia dan ajak untuk meredakan emosinya terlebih dahulu.
- Tanyakan apa yang membuatnya tidak enak hati, bukan dengan cara menginterogasinya.
- Ungkapkan empati terlebih dahulu sebelum bertanya panjang lebar
- Berikan refleksi pengalaman sebagai contoh
Misalnya : dulu Mama saat seusia kamu, mama...
- Fokus pada solusi permasalahan, bukan terus mengulang kesalahan
Nah yang ini saya masih terus belajar, karena terkadang saya selalu mengungkit kesalahannya, kamu sih gini.. kamu sih gitu, padahal seharuanya langsung fokus pada solusi.
Setelah dicoba beberapa kali, akhirnya ada perubahan sedikit demi sedikit. Ia mulai bisa diajak bicara walaupun hatinya sedang kesal.
Ia mulai mengungkapkan alasan4 atas sikapnya. Perlahan kami terus melatihnya untuk bicara setiap ada unek-unek di hatinya. Kini ia mulai bisa diajak bicara dan mencari solusi atas permasalahan yang ada.
Semoga kedepannya, ia lebih baik lagi dalam berkomunikasi. Kami pun bisa mengerti dan paham apa yang ia maksud.
#harike4
#gamelevel1
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBundaSayang
@institut.ibu.profesional
Labels:
Kuliah Bunda Sayang IIP
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment