Halo Mams, apa kabar ?
Masih belum bosen kan baca postingan mengenai komunikasi?
Ternyata komunikasi adalah bab pertama yang menjadi pembuka untuk keberhasilan belajar di tahap selanjutnya. Hal ini dikarenakan komunikasi merupakan bekal kita dapat berhubungan dengan orang lain. Bagaimana orang lain bisa paham apa yang kita maksud, begitu pula sebaliknya kita paham apa yang dimaksud oleh orang lain.
Nah, komunikasi yang akan saya bahas kali ini mengenai komunikasi dengan anak.
Pernahkah Mama merasa kebingungan saat anak tiba-tiba pulang ke rumah sambil menangis?
Saat Mama menanyakan apa yang terjadi, ia hanya diam saja tanpa mau bicara. Di lain kasus ada pula anak yang hanya terdiam ketika mainannya direbut oleh orang lain, atau hanya melamun saat disuruh melakukan sesuatu.
Ternyata hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kesalahan dalam berkomunikasi antara anak dan orang tua. Saat ditelusuri ada kesalahan saat kita menyampaikan apa yang kita maksud kepada anak kita.
Anak adalah peniru ulung. Mungkin mereka hanya dapat mencontoh apa yang telah kita perbuat tanpa kita sadari. Mereka terkadang tak dapat mengungkapkan apa yang mereka rasakan, tapi lebih cepat meniru apa yang kita perbuat.
Oleh karena itu, hal yang paling mendasar kami perbaiki adalah berkomunikasi. Pola yang dulu kami anggap benar, ternyata ada metode yang perlu diperbaiki.
Salah satunya saat menanyai anak sepulang sekolah. Biasanya pertanyaan saya standar hanya menanyakan, "di sekolah ngapain aja tadi?" "Belajar apa?"
Mungkin ini pertanyaan biasa, namun membuat anak bosan. Lain halnya jika kita menunjukkan empati terlebih dahulu, lalu menanyakan hal apa yang membuatnya demikian.
Misalnya saja, "Kamu kelihatan sedih hari ini. Pasti lelah sekali ya di sekolah. Apa yang membuatmu lelah?" Biasanya dengan dipancing beberapa kalimat, ia tanpa sadar akan menceritakan apa yang dialaminya, dan membuatnya senang, sedih, atau bahagia.
Mengapa Anak Perlu Belajar Mengungkapkan Pendapatnya?
Hal ini dikarenakan agar anak bisa lepas mengungkapkan ekspresinya tanpa ada beban yang tersimpan dalam hati. Jika beban atau pendapatnya hanya tersimpan dalam hati, maka akan jadi masalah di kemudian hari, tinggal menunggu bom waktu saja.
Selain itu, belajar mengungkakan pendapat menjadikan anak tau bersikap. Mana hal penting, mana yang tidak penting. Ia bisa memberitahukan kepada orang disekitarnya apa pendapatnya, bagaimana reaksinya, dll.
Saya masih belajar juga dalam membiasakan diri berkomunikasi dengan anak menggunakan kalimat produktif. Semoga dengan adanya perkuliahan ini, diri ini senantiasa bisa mengerem emosi dan lebih baik lagi dalam berkomunikasi. Saya berharap bisa menjadi sahabat terbaik dari anak-anak saya, sehingga mereka terbuka mau mengungkapkan pendapatnya dengan cara yang baik, Aamiin.
#harike6
#gamelevel1
#Tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
0 comments:
Post a Comment